KETERPADUAN TOKOH, ALUR, LATAR
DALAM NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU
(KAJIAN FORMALISME)
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipakai, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Pengkajian terhadap karya sastra merupakan pemahaman karya sastra yang lebih baik. Dengan demikin karya sastra dapat dinikmati lebih intens serta dapat dimanfaatkan untuk memahami hidup ini (Teeuw, 1984:18).
Sumarjo (1998:18) mengklasifikasikan fungsi dan manfaat karya sastra sebagai berikut: (1) karya sastra mampu memberikan kesadaran pembacanya tentang kesadaran hidup, (2) karya sastra memberikan kegembiraan dan kepuasan batin, (3) karya sastra dapat memberikan kepada pembacanya penghayatan terhadap hidup, (4) karya sastra dapat menolong pembaca menjadi manusia berbudaya.
Dalam karya sastra pasti terdapat unsur intinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik karya sastra ialah unsur-unsur yang secara jalin-menjalin membentuk suatu bangunan yang disebut karya sastra. Unsur-unsur tersebut ialah tokoh, alur, sudut pandang, gaya bahasa, dan lain-lain. Unsure ekstrinsik ialah unsure yang berasal dari luar karya sastra. Yang termasuk dalam kategori unsur tersebut ialah politik, budaya, agama, social, filsafat, dll. Semua unsur ini tidak menjadi penentu keberadaan dan ketiadaan karya sastra, sebab tanpa keberadaan unsur-unsur tersebut system organ karya sastra tetap ada (Najid, 2003:19).
Pada novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu ini pembaca disuguhkan berbagai macam cerita. Mulai dari cerita kehidupan keseharian Nayla, cerita cinta, dari yang masuk akal sampai yang tidak masuk akal. Sehingga membuat pembaca selalu ingin mengetahui bagaimana akhir ceritanya. Pencerita sebagai tokoh “Nayla” merupakan tokoh utama dan kunci penceritaan dalam novel ini. Dalam penceritaan novel “Nayla” ini dapat diambil keterkaitan antara tokoh, alur, dan latar yang membentuk keterpaduan isi cerita dalam novel. Dari penceritaan pemikiran tokoh “Nayla” disetiap alurnya dapat membuat pembaca mengimajinasikan sebagai tokoh “ Nayla”, dan dalam novel ini pembaca dapat memasuki kehidupan yang dialami tokoh “Nayla”.
Penganalisisan ini digunakan untuk mengetahui keterpaduan tokoh, alur, dan latar dengan menggunakan teori formalisme, sehingga diketahui teori ini dapat membuat unsur-unsur pembentuk karya sastra (tokoh, alur, dan latar) dapat membentuk satu kesatuan cerita yang utuh dan padu.
Alasan pemilihan tokoh, alur, dan latar untuk dianalisis pada novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu adalah bahwa pada novel ini tokoh “Nayla” dinilai sebagai tokoh yang memiliki kehidupan yang begitu luar biasa. Dalam alur pun penulis menyuguhkan alur yang cukup menarik, yaitu pertama menggunakan alur mundur yang menceritakan kehidupan tokoh “Nayla” dimasa lalu, kemudian alur maju yang disisipi dengan alur mundur yang menceritakan kehidupan tokoh “Nayla”dimasa ini dan dimasa sebelumnya, dan di dalam novel ini juga menggunakan alur maju- alur mundur- alur maju sampai pada akhir cerita. Penggambaran latar juga begitu menarik sehingga mampu melihat pembaca berimajinasi dengan latar yang digambarkannya tersebut. Hal-hal yang telah diungkapkan di atas itulah yang menarik untuk dianalis pada novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu.
Dalam menganalisis novel “Nayla” ini teori yang digunakan ialah teori formalis. Dimana teori formalis ini digunakan untuk mengetahui keterpaduan unsur yang terdapat dalam karya sastra tersebut sehingga dapat menjalin keutuhan bentuk dan isi. Tujuan pokok formalisme adalah studi ilmiah tentang sastra, dengan cara meneliti unsur-unsur kesastraan, puitika, asosiasi, oposisi, dsb. Peletak dasar formalisme adalah kelompok formalis Rusia yang terdiri atas para pakar sastra linguistik. Tokoh utama dalam tori formalis ini adalah Jakobson Sjklovsky, Eichenbaum, Tynjanov dan lain-lain. Konsep yang terkenal, yang dikemukakan Jakobson Sjklovsky adalah fibula, sjuzet. Menurut Jakobson Sjklovsky perkembangan sastra merupakan suatu perubahan teru-menerus dalam mengadakan penyulapan itu. Seorang pengarang harus berusaha mendobrak norma literer yang sedang berlaku serta menyimpang dari yang sudah ada. Menurutnya, prinsip evolusi sastra tak lain daripada proses penggantian aotomatisasi dan pengasingan terus-menerus.
Kekurangan pokok dalam teori Jakobson Sjklovsky ialah ia bertitik pangkal pada penyulapan-penyulapan yang terisolir dan ia memandang sebuah karya sastra sebagai penjumlahan prosede (Luxemburg, 1984:204).
2. Permasalahan.
Bardasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut :
1. Apa ada keterkaitan antara tokoh, alur, dan latar dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu?
2. Bagaimanakah keterkaitan antara tokoh, alur, dan latar dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu?
3. Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis adanya keterkaitan antara tokoh, alur, dan latar dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu.
2. Menganalisis keterkaitan antara tokoh, alur, dan latar dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu.
4. Manfaat Penelitian.
Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan telaah sastra terutama digunakan sebagai acuan dalam sastra dengan menggunakan pendekatan struktural khususnya tentang tokoh, alur dan latar serta untuk memahami hubungan keterkaitan antara tokoh, alur, dan latar.
Manfaat Praktis
Secara praktis manfaat menganalisis novel Nayla ini sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti sastra
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan literatur tambahan atau rujukan dalam penelitian karya sastra yang lain.
2. Bagi guru bahasa dan sastra Indonesia
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai aspek-aspek yang membangun karya sastra, khususnya aspek interistik sastra.
3. Bagi masyarakat pembaca
Bahasa ini menjadi informasi menambah apresiasi novel Nayla, suatu alternatif pemahaman terhadap novel itu, yang dapat disanggah, diragukan, didukung atau diterima bergantung pada horizon harapan masing-masing.
5. Batasan Istilah/Kata kunci.
Keterkaitan ialah hal atau perbuatan yang terkait. Keadaan (seseorang, badan, dsb) yang belum dapat mandiri, ketergantungan. (Departemen Pendidikan dan kebudayaan, 2005:490).
Novel ialah cerita yang terbentuk prosa dalam ukuran luas disini dapat berarti cerita dengan plot atau alur yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula. Namun “Ukuran luas” disini juga tidak dominan, mungkin yang luas hanya salah satu unsur fungsinya saja, misalnya temannya, sedangkan karakter, setting dan lain-lain hanya satu saja. (Sumardjo, 1998:29).
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan berbagai peristiwa cerita (Abram dalam Nurgiantoro, 2002: 165). Dalam sebuah karya fisik toko mutlak ada. Kehadiran toko dalam cerita fiksi amat penting bahkan menentukan sebab tidak mungkin ada cerita yang memiliki watak-watak tertentu seperti halnya manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Latar adalah tempat atau suasana lingkungan yang mewarnai periastiwa tercakup lokasi peristiwa. Suasana hati tokoh (Abraham dalam Nurgiyantoro, 2002:216). Latar memberikan pijakan cerita secara kongret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realities kepada pembaca, mencipkan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.
Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalani dengan seksama, yang mnengisahkan jalan cerita melalui perumitan ( pengawatan, atau komplikasi, pen.) kearah klimaks dan selesai. (Sudjiman dalam Indarti, 2006:50)
B. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
1. Kajian Pustaka.
1.1 Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Nur Farida (2004) skripsi Universitas Negeri Surabaya yang berjudul “ Keterpaduan Unsur Penokohan, Alur, dan Latar dalam Novel Ny Katalis (Kisah Mengenai Dadras) karya Budi Dharma, ini dapat disimpulkan bahwa keterpaduan unsur penokohan, alur, dan latar dalam novel Ny Katalis (Kisah Mengenai Dadras) karya Budi Dharma,dapat membentuk satu kesatuan cerita yang utuh dan padu.
Penelitian yang ditinjau dari segi pengarangnya, Djenar Maesa Ayu, pernah diteliti oleh Susanti (2004) skripsi Universitas Negeri Surabaya yang berjudul “Makna dan Lambang dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang Aku Monyet” karya Djenar Maesa Ayu, ini dapat disimpulkan bahwa kumpulan cerpen “Mereka Bilang Aku Monyet” karya Djenar Maesa Ayu adalah sebuah karya sastra yang didalamnya penuh dengan lambang cara mendeskripsikan bentuk dan lambang-lambang kemudian memberi makana tentang lambang tersebut.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang relevan, penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilihat dari kajian sastra. Penelitian ini berjudul “Kete Tokoh, Alur, Latar dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu”.
1.2 Teori Formalisme
Teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah teori formalisme. Secara Etimologis formalisme berasal dari kata forma (latin), yang berarti bentuk atau wujud. Formalisme mengutamakan pola-pola suara dan kata-kata formal, bukan isi. Sebagai teori modern mengenai sastra, secara histories kelahiran formalisme dipicu oleh tiga factor, adalah sebagai berikut:
a. Formalisme lahir sebagai akibat penolakannya terhadap paradigma positivisme abad ke 19 yang memegang teguh prinsip-prinsip kausalitas, dalam hubungan ini sebagai reaksi terhadap studi biografi.
b. Kecenderungan yang terjadi dalam ilmu humaniora, dimana terjadinya pergeseran dari paradigma diakronis ke sinkronis.
c. Penolakan terhadap pendekatan tradisional yang selalu memberikan perhatian terhadap hubungan karya sastra dengan sejarah, sosiologi, dan psikologi.
Tokoh utama dalam tori formalis ini adalah Jakobson Sjklovsky, Eichenbaum, Tynjanov dan lain-lain. Konsep yang terkenal, yang dikemukakan Jakobson Sjklovsky adalah fibula, sjuzet. Menurut Jakobson Sjklovsky perkembangan sastra merupakan suatu perubahan teru-menerus dalam mengadakan penyulapan itu. Seorang pengarang harus berusaha mendobrak norma literer yang sedang berlaku serta menyimpang dari yang sudah ada. Menurutnya, prinsip evolusi sastra tak lain daripada proses penggantian aotomatisasi dan pengasingan terus-menerus.
Kekurangan pokok dalam teori Jakobson Sjklovsky ialah ia bertitik pangkal pada penyulapan-penyulapan yang terisolir dan ia memandang sebuah karya sastra sebagai penjumlahan prosede (Luxemburg, 1984:204).
Tujuan pokok formalisme adalah studi ilmiah tentang sastra, dengan cara
meneliti unsur-unsur kesastraan, puitika, asosiasi, oposisi, dsb. Peletak dasar formalisme adalah kelompok formalis Rusia yang terdiri atas para pakar sastra linguistik.
1.3 Unsur intrinsik sebagai satu kesatuan dan pembangun karya sastra.
Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra itu, yang sifatnya otonom. Karya sastra tidak lepas dari masalah pengarang, pembaca, situasi sosial politik, pendidikan, dan sebagainya. Plot, karakter, tema dan sebagainya merupakan unsur intrinsik yang membangun prosa fiksi (Tjahjono, 1992:25). Semua bentuk karya sastra yang berupa novel maupun cerpen tidak terlepas dari unsur-unsur. Unsur-unsur tersebut akan selalu terkandung di dalam karya sastra.Unsur-unsur yang membangun karya sastra ada dua, yaitu (1) unsur luar dan (2) unsur dalam.
1.4 Pengertian Novel
Dalam arti luas novel ialah cerita yang terbentuk prosa dalam ukuran luas disini dapat berarti cerita dengan plot atau alur yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula. Namun “Ukuran luas” disini juga tidak dominan, mungkin yang luas hanya salah satu unsur fungsinya saja, misalnya temannya, sedangkan karakter, setting dan lain-lain hanya satu saja. (Sumardjo, 1998:29).
1.5 Latar
Latar atau seting yang disebut juga sebagai juga sebagai tandas tumpu, menyaran pada Pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan social tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiantoro, 2002: 175).
Menurut Nurgiantoro (2002,227) unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsure pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu walau masing-masing menawarkan pemasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainya.
1.6 Tokoh
Menurut Sudjiman (1996:17) berdasarkan fungsinya didalam cerita tokoh dibedakan antara tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral ialah tokoh yang memegang peran pimpinan atau disebut tokoh utama (protagonis). Adapun lawan dari protagonis ialah antagonis juga termasuk tokoh sentral. Protagonis mempunyai sifat-sifat yang baik, keagungan pikiran dan keagungan pikiran dan keluhuran budi. Sebaiknya tokoh antagonis ialah tokoh yang dikatakan jahat, serta berlaku sebagaitokoh kegagalan. Adapun yang dimaksud tokoh bawahan ialah tokoh yang tidak sentral kedudukanya dalam cerita, tetapi bagaimanapun ia diperlukan untuk tokoh utama kriterium yang digunakan untuk menentulan tokoh utama bukan frekwensi kemunculanya, melainkan keterlibatanya dalam peristiwa yang membangun cerita. Dan dapat juga ditentukan dengan memperhatikan hubungan antar tokoh.
1.7 Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalani dengan seksama, yang mnengisahkan jalan cerita melalui perumitan ( pengawatan, atau komplikasi, pen.) kearah klimaks dan selesai. (Sudjiman dalam Indarti, 2006:50)
2. Kerangka Teori.
2.1 Teori Formalisme
Teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah teori formalisme. Secara Etimologis formalisme berasal dari kata forma (latin), yang berarti bentuk atau wujud. Formalisme mengutamakan pola-pola suara dan kata-kata formal, bukan isi. Sebagai teori modern mengenai sastra, secara histories kelahiran formalisme dipicu oleh tiga factor, adalah sebagai berikut:
a. Formalisme lahir sebagai akibat penolakannya terhadap paradigma positivisme abad ke 19 yang memegang teguh prinsip-prinsip kausalitas, dalam hubungan ini sebagai reaksi terhadap studi biografi.
b. Kecenderungan yang terjadi dalam ilmu humaniora, dimana terjadinya pergeseran dari paradigma diakronis ke sinkronis.
c. Penolakan terhadap pendekatan tradisional yang selalu memberikan perhatian terhadap hubungan karya sastra dengan sejarah, sosiologi, dan psikologi.
Tokoh utama dalam tori formalis ini adalah Jakobson Sjklovsky, Eichenbaum, Tynjanov dan lain-lain. Konsep yang terkenal, yang dikemukakan Jakobson Sjklovsky adalah fibula, sjuzet. Menurut Jakobson Sjklovsky perkembangan sastra merupakan suatu perubahan teru-menerus dalam mengadakan penyulapan itu. Seorang pengarang harus berusaha mendobrak norma literer yang sedang berlaku serta menyimpang dari yang sudah ada. Menurutnya, prinsip evolusi sastra tak lain daripada proses penggantian aotomatisasi dan pengasingan terus-menerus.
Kekurangan pokok dalam teori Jakobson Sjklovsky ialah ia bertitik pangkal pada penyulapan-penyulapan yang terisolir dan ia memandang sebuah karya sastra sebagai penjumlahan prosede (Luxemburg, 1984:204).
Tujuan pokok formalisme adalah studi ilmiah tentang sastra, dengan cara
meneliti unsur-unsur kesastraan, puitika, asosiasi, oposisi, dsb. Peletak dasar formalisme adalah kelompok formalis Rusia yang terdiri atas para pakar sastra linguistik.
Formalisme mengkaji tentang unsur-unsur yang ada di dalam karya sastra.
C. METODE PENELITIAN
Sebuah penelitian akan mencapai hasil yang maksimal bila metode yang digunakan sesuai dengan jenis penelitiannya. Penelitian terhadap novel Nayla ini merupakan penelitian kulitatif. Yaitu penelitian yang mengutamakan ke dalam penghayatan terhadap interaksi antara konsep yang di kaji secara empiris. Penelitian ini menggunakan metode analisi deskriptif.
Metode analisis deskriptif ialah metode yang digunakan untuk menganalisis data yang sesuai dengan permasalahan penelitian, menjelaskan hasil analisisnya secara rinci sebagai jawaban permasalahan penelitian dalam bentuk kata, frase, dan kalimat
Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sebuah novel yang berjudul “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu yang di terbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada bulan September 2005 yang terdiri atas 180 halaman. Sampul depan novel bergambar peniti. Sampul luar ini berwarna Coklat dengan tulisan “Nayla” yang di tulis warna putih dan tulisan Djenar Maesa Ayu warna hitam. Halaman pertama persembahan, Halaman selanjutnya ialah pada sampul tertulis “Nayla”, judul, kata terbit, serta tahun terbit. Disusul halaman motto Djenar Maesa Ayu dalam menulis novel “Nayla”.
Data
Data dari penelitian ini berupa paparan bahasa dari novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu, yang menggambarkan unsur-unsur intrinsik berupa keterkaitan antara tokoh, latar, dan alur, yang di ungkapkan lewat pernyataan, baik dalam bentuk dialog, maupun narasi, serta unsur lain dalam sastra.
Teknik Pengambilan Data
Tenik pengambilan data adalah dengan cara memberi tanda teks terhadap kalimat ataupun pernyataan yang sesuai dengan permasalahan. Teks yang di beri tanda adalah teks yang revan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Teknik yang di gunakan, teknik pustaka:
1. Membaca
Membaca ini digunakan untuk mendapatkan data teks sesuai dengan permasalahan yang diambil. Dalam kegiatan ini membaca ini penelitian memilih tokoh, alur, dan latar yang sesuai dengan data yang diteliti.
2. Menyeleksi Data
Semua data yang terkumpul diseleksi, diambil data yang berhubungan dengan masalah penelitian dan yang tidak berhubungan dengan masalah penelitian tidak dipakai.
Dalam teknik analisis data ini, ada beberapa langkah yang ditempuh dalam menganalisis sastra yang berjudul “ Keterkaitan Tokoh, Alur, dan Latar dalam novel “ Nayla” karya Djenar Maesa Ayu”. Sebagai berikut:
1. Menganalisis adanya keterkaitan antara tokoh, alur, dan latar dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu.
2. Menganalisis keterkaitan antara tokoh, alur, dan latar dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu.
3. Menyimpulkan keterkaitan antara tokoh, alur, dan latar dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu.
D. PEMBAHASAN ANALISIS DATA
Alur yang pertama diceritakan dalam novel ini adalah alur mundur. Dimana tokoh “Nayla” menceritakan kembali apa yang dialaminya ketika masih kecil. Masa kecil dari tokoh “Nayla” ini sangatlah menarik. Nayla merupakan seorang anak yang pemalas, sehingga dia di tusuk oleh ibunya divaginanya dengan peniti, padahal jarang sekali dalam kehidupan sehari-hari seorang ibu menusuk vagina anaknya dengan peniti. Hal ini dapat terlihat pada kutipan berikut:
“ Pertanyaan-pertanyaan masih kerap hadir di kepalanya walaupun fisiknya sudah terbiasa. Ia masih saja heran kenapa setiap malam ngompol di celana padahal sudah menjelang sepuluh tahun usianya. Ia masih saja heran kenapa Ibu tak percaya kalau ia sama sekali tidak malas. Ia benar-benar taak tahu kenapa tak pernah terbangun untuk membuang urine yang sudah memenuhi kantung kemihnya. Ia juga masih heran, kenapa Ibu tak bisa berfikir bahwa tak akan ada satu orang anak pun yang memilih ditusuki vaginanya dengan peniti hanya karena ingin mempertahankan rasa malas.”(2005: 2)
Pada plot ini menceritakan kehidupan kesehariaan dari tokoh “ Nayla”, yang sering kali di tusuk dengan peniti pada vaginanya. Hal inilah yang kemudian membuat novel ini menarik untuk dianalisis.
Alur yang kedua digunakan adalah alur maju dan alur mundur. Dikatakan alur maju karena pada bagian ini tokoh “Nayla” menemukan orang yang benar-benar mencintainya yaitu Juli, dimana dia belum pernah mencintai satu pun laki-laki, tidak sebagai ayah, tidak sebagai kekasih. Hal ini dapat terlihat pada data berikut ini:
“Tak pernah saya mencintai satupun laki-laki. Tidak sebagai ayah, tidak sebagai kekasih. Saya pernah belajar mencintai perempuan. Mencintai ibu. Tapi sayangnya, ibu tak pernah belajar mencintai saya. Ia lebih senang belajar mencintai kekasih-kekasihnya. Bersama Juli, saya merasakan kehangatan kasih yang pernah ingin saya berikan kepada ibu.
E. SIMPULAN
Novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu ini dianalisis menggunakan teori formalisme Sjklovky yang mengemukakan konsep fibula dan sjuzet yang dianalisis melalui keterkaitan antara tokoh, alur dan latar. Diperoleh simpulan bahwa keterpaduan unsur itu mempunyai keterpaduan yang indah dalam karya Djenar Maesa Ayu. Karena karya sastra yang indah itu memiliki keutuhan, keselarasan dan kejelasan. Alur mundur dapat membuat pembaca mengetahui latar belakang dari tokoh “Nayla”. semakin lengkap karena menceritakan sejak ia masih kecil.
Alur maju dapat menggambarkan tokoh “Nayla”, seolah kontras dengan apa yang dialami oleh tokoh “Nayla” saat ini.hal yang tidak kalah menarik ketika kita sampai pada alur maju- alur mundur- alur maju. Tokoh “Nayla”
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang relevan, penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilihat dari kajian sastra. Penelitian ini berjudul “Keterkaitan Tokoh, Alur, Latar dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu”.
F. LAMPIRAN
SINOPSIS NOVEL “NAYLA” KARYA DJENAR MAESA AYU
Novel “Nayla” ini mengisahkan tentang gadis yang bernama Nayla yang berusia 9 tahun, karakter yang melekat pada dirinya saat kecil yaitu males untuk melakukan aktifitas. Tanpa perasaan, kesabaran dalam penderitaan dan kurang percaya diri. Karakter tersebut setelah mendapat pengaruh moderisasi perilaku Nayla berubah menjadi optimis dalam setiap mengendalikan keadaan. Dia mengalami penyimpangan seksualitas, tingkah laku dan reputasi sosialnya selalu asosial dan percaya pada ilmu dan teknologi. Itu semua terjadi pada diri Nayla.
Di usia muda ini Nayla telah banyak mendapat pengalaman yang pahit dan pelajaran yang berharga. Nayla ingin memiliki ibu yang lain, tapi bukan ibunya sendiri. Nayla juga ingin tak memiliki ibu, ketimbang punya ibu yang mengharuskan memilih peniti.
Suatu hari Nayla bolos sekolah. Dia ingin menunggui ayahnya di rumah, karena sedanga sakit walaupun dokter mengatakan kondisinya sudah membaik.setelah Nayla pergi ke rumah ayahnya dia dibawa oleh gerombolan anak perempuan yang memakai kaos seragam berlabel rumah perawatan anak nakal dan narkotika. Di rumah perawatan anak nakal dan narkotika Nayla tidak ada yang menyukai, oleh karena itu ia ingin segera di jemput oleh keluarganya. teman- teman sesame Pembina tak ada yang suka dengannya. Mereka merasa Nayla sombong karena keluarganya terkenal dan kaya. Sudah seminggu dia di rumah perawatan anak nakal dan narkotika. Di kala senggang kerjanya hanya tertawa-tawa sendiri. Memilih-milih ujung rambut, dan menggigiti ujung jari.
Nayla pergi ke rumah lamanya, dan di sana Nayla di suruh memilih antara ibunya atau ayahnya yang dipilih. Ibu Nayla hanya ingin membuat Nayla itu belajar menghadapi pilihan dengan segala konsekuensinya, dimana ibunya Nayla ini selalu menyalahkan ayahnya, bahwa kondisi Nayla yang sekarang ini adalah kesalahan ayahnya. Akhirnya Nayla pergi darui rumah dan mengemasi pakaian-pakaiannya. Suatu hari Nayla berpacaran dengan Ben, diman menurut Ben, Nayla merupakan perempuan yang tidak mencari cinta. Seorang perempuan yang sebenarnya sedang mabuk cinta tapi tidak mau mengakuinya.
G. DAFTAR PUSTAKA
Maesa Ayu, Djenar. 2005. Novel: Nayla. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: Kreasi Media Promo.
Nurgiantoro, Burhan. 2002. Pengkajian Prosa Fiksi.
Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Satra. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Susanti. 2004. Skripsi: Makna dan Lambang dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang Aku Monyet” Karya Djenar Maesa Ayu. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Tjahjono, Tengsoe. 1992. Sastra Indonesia: Pengantar Teori dan Apresiasi. Ende Flores: Nusa Indah.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Minggu, 31 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar